Generasi Sandwich: Apakah Anak Adalah Investasi?

Generasi sandwich adalah

Sandwich Generation adalah istilah yang ramai diperbincangkan para Netizen, dan dikaitkan dengan beban finansial yang harus mereka pikul selepas dewasa. Lantas, apa itu Generasi Sandwich?

Generasi Sandwich, Generasi Serba Terjepit?

Tahukah kamu mengapa pembahasan tentang Generasi Sandwich belakangan ini ramai? Karena, para pengguna aktif media sosial kini di rentang umur yang sama, yaitu dewasa muda.

Dimana, para dewasa muda yang mungkin sedang mulai mengembangkan karirnya, merasakan hal serupa yaitu rasa terhimpit, ketika dihadapkan dengan kewajiban membiayai orang tua, disamping harus menghidupi keluarga kecil mereka sendiri (anak dan pasangan).

Lantas bagaimana sebenarnya konsep Generasi Sandwich itu?


1. Latar Belakang Konsep Sandwich Generation

(via: Chase.co.uk/)

Sandwich Generation ialah sebuah konsep pemikiran, yang dilahirkan oleh dua tokoh bernama Dorothy Miller dan Elaine Brody, pada awal tahun 80-an.

Secara terpisah, keduanya mempublikasikan dua jurnal ilmiah dengan bahasan yang serupa yaitu fenomena dimana wanita di fase umur 30-an akan dihadapkan untuk mengurus anak, dan di waktu yang bersamaan harus memenuhi kebutuhan orang tua mereka, serta lingkungan di sekitarnya.

1. 1. Krisis Peninggalan 1970-an

Perlu diingat, bahwa konsep ini muncul selepas terjadinya krisis dan inflasi di Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Hutang sebesar $2,8 trilliun (dolar) tersebut diambil, demi bertahan dari defisit, yang disepakati oleh partai Republican dan Democrat.

Kemudian di era 1980-an awal, Amerika Serikat mengalami resesi karena krisis energi 1979. Butuh beberapa tahun hingga akhirnya terlalahir jutaan lapangan pekerjaan baru dan ekonomi mulai pulih.

1. 2. Gaya Hidup Konsumtif 1980-an

Pasca krisis, menyusul meledaknya elemen rekreasional, seperti layanan TV Kabel, banyaknya bioskop dan karya film blockbuster, serta musik dalam industri hiburan.

Sehingga, kemampuan finasial yang meningkat beriringan dengan hal-hal yang bersifat rekreasional (hiburan), mengarahkan individu di era tersebut jadi konsumtif.

Di masa itu, individu yang berada di usia produktif, harus menanggung para lansia yang merasakan dua kali krisis (1930-an hingga 1950-an dan 1970-an), sehingga para lansia kesulitan secara finansial.

Maka gabungan antara gaya hidup konsumtif, dan dibebankan lansia yang ‘bangkrut’ membuat hidup para individu di umur 30-an pada era tersebut, jadi ‘terjepit’.

2. Apa Itu Generasi Sandwich Saat Ini?

(via: Verywellmind.com)

Bila kamu menyimak pembahasan di atas, kamu bisa sadari bahwa kesulitan finansial yang dialami oleh para lansia di masa itu dikarenakan krisis, sehingga konsep tersebut lahir. Lantas bagaimana sekarang?

2. 1. Definisi dan Kategori Generasi Sandwich

Secara definisi, konsep yang mulanya ditujukan khusus untuk wanita, rupanya saat ini juga dialami oleh pria. Namun kondisinya tetap sama, yaitu:

Generasi Sandwich adalah individu dewasa yang harus membiayai anak, dan secara bersamaan membiayai orang tua mereka yang telah lansia, yang mengalami kesulitan finansial.

Ada tiga syarat yang harus terpenuhi dalam konsep tersebut, dan bila salah satu dari ketiga syarat ini tidak ada, maka sepenuhnya bukan Sandwich generation, yaitu:

  • Ada generasi di bawah, yang memerlukan bantuan pembiayaan, karena belum cukup usia, atau tidak cukup mampu. Umumnya kehadiran anak, atau pada kesempatan lain berupa adik
  • Ada generasi di tengah, yang umumnya berada pada usia produktif, yang dibebankan untuk membiaya dua generasi (sebelum dan sesudah)
  • Ada generasi di atas, yang memerlukan bantuan pembiayaan karena kesulitan finansial. Umumnya orang tua, atau pada kesempatan lain berupa mertua

Ada beberapa kata di atas yang mempertegas kondisi-kondisi yang mencerminkan tiap generasinya. Pada perkembangannya, konsepsi ini mulai bergeser, dan dipilah oleh Carol Abaya (Jurnalis) sebagai:

  • Traditional Sandwich Generation: adalah individu dalam rentan usia apapun, yang terhimpit antara orang tua mereka, dan anak mereka.
  • Club Sandwich: Ialah individu di usia 40 – 60 tahun, yang terhimpit di antara orang tua mereka, anak mereka, dan cucu mereka. Atau individu di usia 20 – 40 tahun, yang terhimpit di antara nenek-kakek mereka, orang tua mereka, dan memiliki anak yang masih kecil.
  • Open-face Sandwich: Ialah semua individu yang terlibat dalam merawat lansia

2. 2. Fenomena ‘Sandwich’ di Indonesia

Lantas, bila di atas disebutkan bahwa konsep ini disebabkan krisis, bagaimana dengan di Indonesia? Kondisi sosio-ekonomi, hampir tidak ada bedanya.

Kita juga sempat mengalami dua kali krisis, 1998 dan 2008. Dimana, hal demikian meruntuhkan hampir seluruh pilar ekonomi keluarga di Indonesia.

Namun, yang memebedakan ialah kecepatan pemulihan pasca krisis. Di Amerika Serikat, pemulihan terbilang cepat, dengan korban yang jumlahnya bisa ditekan.

Beda hal dengan Indonesia, dimana pasca dua krisis tersebut, dampaknya masih bisa terasa hingga kini. Terlebih, literasi dan kesadaran finansial teramat minim. Terlihat, dari banyaknya instrumen investasi, namun investor di Indonesia tidak sampai 10% dari jumlah penduduknya.

Sehingga, sangat masuk akal mengapa lansia di Indonesia, banyak yang mengalami kesulitan finansial, dan tidak mampu membiayai hidupnya sendiri.

Sangat masuk akal pula, mengapa kamu yang berada di usia 25 – 35 tahun saat ini, akan ‘dibebankan’ untuk membiayai para orang tua, karena di usia kamu sekarang mereka akan telah masuk masa pensiun (55 – 56 tahun)

Pun, kamu perlu sadari pula bahwa tradisi dan nilai budaya di Indonesia, mentautkan ‘kewajiban merawat orang tua’ pada anak. Jadi, siapa yang ingin kamu salahkan atas ‘beban hidupmu’ saat ini?

3. Memutus Generasi Sandwich

(via: Northwesternmutual.com)

Tantangan yang dihadapi kamu sebagai pribadi dewasa bukanlah hanya perihal ‘dibebankan untuk membiayai’. Melainkan godaan gaya hidup konsumtif, dan mindset akan masa tua.

Bila kamu tidak bersiap terkait masa tua, kamu akan kembali mengulang apa yang generasi sebelumnya ‘bebankan’ untukmu.

Maka pada kesempatan kali ini, kami ingin berfokus pada dua hal tersebut, dan mengurainkannya pada beberapa langkah krusial ini, demi memutus Generasi Sandwich, di antaranya:

3. 1. Memilah keinginan dan kebutuhan

Ingatlah selalu bahwa Kebutuhan adalah segala hal yang bersifat mutlak, dan final. Bisa disebut dengan hal-hal operasional dalam kelangsungan hidup, baik hari ke hari, ataupun per bulan.

Sedangkan Keinginan adalah beragam hal yang sifatnya tambahan, dan terkait dengan emosionalitas tertentu (senang, nyaman, nikmat, dan lainnya).

Ada baiknya untuk mengeliminir semaksimal mungkin terkait spending yang didasarkan atas keinginan. Sehingga, kamu masih punya ruang, untuk kebutuhan yang sifatnya mendadak.

3. 2. Start to invest

Karena menabung sifatnya hanya menetapkan dan menjaga nilai, maka jumlahnya bertambah (bila kamu kembali menabung), namun asetnya tidak akan bertumbuh (growth).

Kamu harus sadar, bahwa ada kemungkinan biaya hidup saat ini, tidak akan sama dengan biaya hidupmu di masa tua nanti, maka ada baiknya mempersiapkan lebih.

Hal tersebut, bisa kamu gapai dengan mempelajari dan menginvestasikan harta kamu, ke instrumen investasi. Adapun instrumen yang mungkin perlu kamu pertimbangkan di antaranya:

  1. Saham, instrumen yang cukup berisiko. Keuntungan didapat dari pemberian dividen dan kenaikan harga saham. (Potensi keuntungan yang paling tinggi)
  2. Obligasi, keuntungan flat, ditetapkan di awal pembelian, dan di jamin oleh Negara (Instrumen paling aman)
  3. Reksadana, instrumen yang mengandalkan kelihaian Manajer Investasi (Instrumen yang risikonya moderat, berada di antara kedua instrumen di atas)

Kami menyarankan kamu untuk mengalokasikan sebagian uangmu untuk diinvestasikan, agar tujuanmu di masa tua nanti, bisa lebih cepat dicapai.

Terlebih kini berinvestasi kian mudah, bahkan dengan Rp 50 ribu saja, kamu sudah bisa berinvestasi baik saham ataupun reksadana. Sedangkan untuk obligasi, biaya yang harus dikeluarkan cenderung lebih besar.

Adapun dalam berinvestasi, kamu harus pahami bahwa selalu ada risiko yang melekat pada instrumen invetasi apapun.


Penutup

Demikianlah beberapa hal terkait fenomena dan istilah Generasi Sandwich, yang belakangan ramai diperbincangkan. Adapun kami harap, dengan kamu lebih mempersiapkan keuanganmun untuk masa tua nanti, kamu tidak perlu ‘membebani’ generasi selanjutnya.