Usaha thrift baju belakangan mulai ramai bermunculan di media sosial. Apakah baju thrifting adalah bisnis yang menjanjikan? Lantas bagimana cara memulainya?
Thrifting Adalah Bisnis ‘Daur Ulang’, Potensial kah?
Sering lihat penjualan pakaian bekas? Atau, kerap beli? Indonesia bukan satu-satunya negara yang impor pakaian bekas kok. Negara maju juga melakukannya. Ini data yang #ValidNih @___klikmaya pic.twitter.com/oDZOJsBCie
— Validnews.id (@validnewsid) November 17, 2018
Di lansir dari BBC.com pada 2021 ada 27.420 ton baju thrift diimpor ke negara kita, dengan nilai total US $31,95 juta, sedangkan puncaknya berada pada 2019 lalu, dengan nilai sebesar US $6,08 juta.
Mengapa usaha baju thrift begitu diminati? Terlepas dari adanya regulasi yang melarangnya (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015), para konsumen masih menganggap bahwa baju thrift bermerek sangat sepadan dengan nilainya yang murah, dibanding produk baru yang teramat mahal.
Dalam benak para konsumen, merek adalah penting, dan layak pakai didefinisikan sebagai bersih, tidak robek, dan tidak luntur. Maka, usaha thrift baju akan selalu diminati. Lantas bagaimana memulainya?
1. Apa itu Thrifting?
Thrifting adalah sebuah istilah yang digunakan para kaula muda untuk kebiasaan mereka dalam mencari, memperjual-belikan, menggunakan item bekas pakai. Sedangkan, lini bisnis yang menjual item demikian, disebut thrift shop.
Dahulu, beberapa daerah dikenal jadi sentra pakaian bekas, mulai dari Pasar TPO Monza di Tanjung Balai (Sumatera Utara), lalu ada Pasar Senen di Jakarta, kemudian Pasar Cimol Gedebage di Bandung, dan beberapa pasar sejenis di kota-kota lainnya.
Namun kini, lini bisnis produk bekas pakai ini merambah ke E-commerce, baik itu Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan lainnya. Bahkan di media sosial, seperti Instagram, bisnis ini berkembang subur.
2. Jenis produk
Layaknya sebuah toko atau gerai resmi, jenis item thriting adalah beragam. Namun, umumnya bagi para pengelola thrift shop, yang dikedepankan ialah merek dari item itu sendiri.
Karena cenderung lebih mudah menginformasikan pada pelanggan, dengan mengkategorikan item berdasarkan mereknya. Adapun beberapa jenis produk yang mungkin kamu pertimbangkan untuk jual di antaranya:
2. 1. Pakaian
Mulai dari jaket merek Stone Island, hingga t-shirt Nike, atau merchandise musisi internasional, celana Levis, kemeja Uniqlo, dan sebagainya.
Merek demikianlah yang jadi prioritas. Kondisi pakaian yang dijual pun dipastikan masih layak, dan cukup bersih.
2. 2. Sepatu
Karena sneakerhead di Indonesia jumlahnya juga banyak, produk sepatu tidak ketinggalan jadi bagian dari stock di thrift shop.
Tentunya, merek tetaplah hal utama. Sebut saja kalangan sneakers diisi item dengan merek Nike, Adidas, Asics, New Balance. Di sisi sepatu lokal, ada nama Sepatu Compass, Vantella, Fyc, dan sebagainya.
2. 3. Buku
Pada awal milenium, penjualan buku bekas sangat digandrungi. Terlebih kala itu, kebiasaan membaca cetakan fisik, baik buku, majalah, atau koran masih sangat tinggi.
Sedangkan kini, popularitasnya menurun drastis, karena orang tak lagi membaca karya fisik, dan beralih ke media online.
Meski begitu, beberapa jenis buku masih banyak peminat, mulai dari buku ajar perkuliahan, buku pelajaran sekolah, buku SNMPTN, kamus, tentu komik maupun novel.
2. 4. Tas
Meksi popularitasnya tidak setinggi tiga item sebelumnya, tas juga jadi thrift item yang banyak dicari oleh konsumen.
Terutama untuk brand seperti Jansport, Herschel, Fjallervaven, untuk di lini backpack. Sedangkan di lini tas wanita, umumnya diisi dengan nobrand atau imitasi, yang tentunya juga bekas pakai.
2. 5. Jam Tangan
Mulai dari smart watch, hingga jam tangan klassik. Mulai dari G-shock, hingga Swiss Army. Jam tangan juga masuk ke 5 produk terpopuler dalam budaya thrift.
Meski begitu, penjualannya bukan hanya mengedepankan merek. Tapi fokus pada kelengkapan part dan fungsi. Meski begitu, beberapa jam bermerek yang mati tetap akan laku terjual, untuk di-kanibal alias diambil part-nya.
3. Tips rintis thrift shop
Nah, untuk kamu yang mungkin berminat untuk jadi bagian di budaya thrift ini, dan berminat untuk punya thrift shope. Berikut, ada beberapa langkah yang mungkin perlu kamu lakukan:
3. 1. Riset barang apa yang ingin dijual
Dari lima jenis barang yang kami telah sampaikan di atas, kamu harus terlebih dahulu melakukan riset, jenis barang apa yang sedang digemari calon konsumen.
Merek seperti apa yang banyak digunakan atau dicari. Kamu juga bisa melihat thrift shop yang sudah lebih dahulu ada. Cobalah untuk baca comment di tiap postingan media sosial mereka.
Kamu juga perlu untuk meninjau bagaimana bisnis ini di E-commerce, produk seperti apa yang paling banyak dijual. Cukup mudah bisa kamu cari dengan ketik kata ‘thrift’ dan terapkan filter ‘terjual terbanyak’.
3. 2. Tentukan target konsumen
Karena kategori konsumen beragam, kamu bisa pilah berdasarkan fungsi produk, sebagai contoh: outfit olahraga, outfit muslimah, atau barang hobi seperti merchandise band.
Kamu juga bisa tentukan target konsumen berdasarkan merek, karena terkadang tiap konsumen terbagi sesuai dengan tingkat loyalitas mereka terhadap suatu brand.
Sebagai contoh, pecinta merek Nike, umumya tidak menggunakan merek Adidas, begitu sebaliknya. Lalu para pecinta skateboard, umumnya menggunakan Vans. Sedangkan di lini hobis outdoor, ada merek Stone Islan, North Face, dan lainnya.
3. 3. Buat rencana bisnis
Rencana penjualan berisikan rumusan dua langkah awal sebelumnya, ditambah dengan strategi bagaimana kamu menjualnya.
Dalam penulisan rencana, kamu perlu pertimbangkan tempat penyimpanan (storage), layanan distribusi (jasa ekspedisi), logo brand kamu dan juga packaging, harga kompetitor, kontak bisnis, pembuatan akun usaha thrift shop di media sosial.
3. 4. Mencari supplier
Setelah rencana bisnis tertata rapih, barulah kamu mencari supplier. Karena, bila kamu mencari supplier terlebih dahulu, dibanding membuat rencana, dikhawatirkan kamu tidak tahu apa yang ingin kamu jual, dan bagaimana mengolahnya.
Tentunya dalam konteks supplier, kualitas barang adalah hal utama, selanjutnya harga barang yang harus kompetitif, yang sesuai dengan besaran modal kamu.
3. 5.Memilah kualitas produk
Kualitas produk yang jadi bahan pertimbangan utama adalah merek, makin brand itu terkenal maka makin baik produk tersebut.
Langkah selanjutnya dalam bisnis thrifting adalah memperhatikan faktor kebersihan (bekas noda, bekas luntur, kotoran padat), kemudian faktor kelengkapan (tidak sobek, tidak ada part yang hilang).
Bagian terakhir dalam konteks kualitas adalah memaksimalkan produk tersebut, baik itu dibersihkan, dirapihkan, dan dilengkapi (kancing, seleting, sole, strap, dan lainnya.
3. 6. Foto produk
Produk yang telah dimaksimalkan kualitasnya kemudian bisa difoto, baik dengan bantuan model, maupun tidak.
Tentu penting untuk memberi catatan pada tiap produk, tentang bagian-bagian yang rusak. Atau bila memungkinkan, diberi catatan beberapa bagian yang diubah atau ditambah.
Selain itu, foto produk harus dilengkapi identitas produk, baik itu merek, ukuran, bahan, kondisi, tag, box dan lainnya.
3. 7. Membuat toko di E-Commerce
Barulah kamu bisa membuat toko thrift shop kamu di E-commerce, dengan menyematkan logo, identitas toko sedetail mungkin, dan tag line apa yang ingin kamu bawa.
Hal ini lebih penting dilakukan terakhir, dibandingkan di awal. Karena proses pembuatan E-commerce lebih mudah ketimbang enam langkah sebelumnya.
3. 8. Penentuan harga jual
Berdasarkan apda tiga langkah awal terkait riset produk dan segmen pasar, yang dituangkan dalam rencana bisnis. Kamu harus sudah ketahui, harga produk sejenis di pasaran.
Kamu harus pertimbangkan besaran keuntungan yang kamu inginkan, dimana harus tetap kompetitif dengan produk sejenis.
Bila kamu ingin menawarkan produkmu lebih murah dari barang sejenis di pasaran, tentu itu bagus di awal proses penjualan.
3. 9. Pasarkan produk
Kamu bisa mulai unggah foto produk di thrift shop pada akun E-commerce milikmu, tentunya cantumkan pula harga dan identitas produk ya.
Makin lengkap informasi produk dalam usaha thrift, tentu makin membantu calon konsumen dalam mengambil keputusan. Kamu juga bisa manfaatkan media sosial, terutama Instagram sebagai platform katalog.
3. 10. Lakukan Promosi
Terakhir, dengan dua platform, baik itu media sosial dan E-commerce, kamu bisa dengan mudah membagikan produk yang akan kamu jual ke calon konsumenmu.
Gunakan hashtag pada Instagram, agar produk dan akun kamu lebih mudah ditemui. Kamu juga bisa share katalog E-commerce milikmu melalui aplikasi chat, baik Whatsapp maupun Telegram.
Penutup
Bagi sebagian orang, bisnis thrifting adalah jenis usaha yang dihindari, karena terkesan kotor. Namun bagi beberapa lainnya, lini usaha yang satu ini begitu menggiurkan, terlebih segmennya luas dan produk yang dapat dijual beragam. Selamat mencoba!