Omset Adalah Goal Usaha: Pengertian & Cara Hitungnya

apa yang dimaksud dengan omset

Omset adalah hal terpenting dalam usaha. Lantas apa yang dimaksud dengan Omset?Serta bagaimana cara menghitung hal tersebut?

Omset Adalah Goal Usaha

Mungkin tidak pernah terlintas di benak kita, bahwa bisnis memelihara Maggot atau yang dikenal dengan Belatung, bisa membawa cuan yang fantastis.

Berawal dari masalah yang ditimbulkan dari tumpukan limbah rumah tangga, membawa sekelompok pemuda di Jember tersebut berinovasi dan mencoba bisnis budidaya Maggot.

Maggot sendiri umumnya dimanfaatkan untuk pakan ternak, terutama ternak unggas dan ikan. Sejauh ini, Maggot yang dihargai Rp 5000 per gram, mampu membawa bisnis tersebut meraup omset hingga Rp 50 juta rupiah.

Omset yang menggiurkan bukan? Tapi, apakah kamu tahu apa itu yang dimaksud dengan Omset? Simak ulasannya dan cara menghitung Omset, di artikel ini.


1. Apa itu yang dimaksud dengan Omset Usaha?

Omset Usaha adalah akumulasi nilai uang yang diperoleh dari penjualan barang atau produk pada sebuah usaha, di dalam suatu periode waktu tertentu.

Periode waktu yang dimaksud, merujuk rentang waktu tertentu yang ditentukan sebelumnya, bisa omzet harian, bulanan, bahkan hingga tahunan.

Akumulasi nilai uang tersebut, tentu berupa Pendapatan Kotor. Karena belum dikenai beban biaya terkait produksi, dan segala hal terkiat penjualan, maupun distribusi.

Beberapa pihak mengaitkan Omzet sebagai Laba, karena menggambarkan kondisi pendapatan yang lebih besar dari pengeluaran.

Meski keduanya sama-sama merujuk ‘pendapatan’. Tapi dalam ilmu Akuntansi, Laba beriringan dengan Rugi, merujuk kondisi pendapatan yang lebih rendah dari pengeluaran.

Tapi, dalam cara menghitung Omset, tidak ada istilah ‘Omzet Negatif’. Namun dalam menghitung Laba sangat memungkinkan kondisinya negatif, alias Rugi.

Omset adalah sebenar-benarnya pendapatan. Laba ialah istilah yang tepat untuk menggambarkan keuntungan.

Dalam penulisan Laporan Keuangan, kedua dituliskan terpisah, dan berbeda secara urutan. Omzet akan selalu lebih dahulu, dibandingkan Laba, yang selalu ditulis di akhir.

Serta dalam konteks ukuran, Omzet akan selalu lebih besar dari Laba, terutama Laba Bersih. Karena pada Laba Bersih, seluruh beban telah ditunaikan (dikurangi).

Agar mendapat gambaran dari apa itu Omset Usaha, simak analogi berikut ini:

Sebagai contoh, seorang Pedagang Siomay yang menggunakan motor, mendapatkan Omset selama satu hari sebesar Rp 900.000. Meski begitu, jumlah demikian tidak lantas bisa Ia nikmati semua.

Ada beberapa hal yang harus Ia kurangi terlebih dahulu, mulai dari bensin motor untuknya berjualan (Rp 15.000), bahan baku untuk membuat siomay (Rp 300.000) dan ongkos masak (Rp 100.000).

Ada pula biaya makan selama berdagang (Rp 15.000), dan beban biaya lainnya (Rp 50.000). Sehingga tersisalah, keuntungan (Laba) sebesar Rp 420.000 yang bisa Ia kantongi.

Pada analogi di atas, Omzet memiliki besaran yang lebih besar dari Laba. Apakah pedagang itu Rugi? Jelas tidak, karena semua beban terlunasi, dan masih menyisakan Laba.


2. Mengapa Omzet Usaha penting untuk diidentifikasi?

(via: Erank.com)

Mari kita kembali ke contoh Pedagang Siomay sebelumnya. Kamu akan dihadapkan apda pertanyaan: mengapa Omzet masih perlu dihitung? bila pada akhirnya hanyalah Laba yang bisa kita kantongi sebagai pengusaha.

Pertama, kamu tidak akan pernah bisa menyimpulkan usaha kamu untung, bila tidak menghitung Omzet terlebih dahulu. Karena Omzet, langsung berhubungan dengan volume penjualan (total barang terjual), dan nilai penjualan.

Kedua, dengan memahami apa itu Omset Usaha, maka kamu dapat memproyeksikan Laba (keuntungan), berdasarkan Omzet.

Ketiga, rendahnya Omzet tentu jadi indikator bahwa bisnis yang kamu lakukan tidaklah berjalan dengan baik, terutama di lini pelayanan, ataupun produk itu sendiri.


3. Cara Menghitung Omset

(via: Vecteezy.com)

Semakin kamu memahami apa yang dimaksud dengan Omset, maka tidak lengkap bila kamu tidak melakukan perhitungan untuk hal tersebut.

Sebagai gambaran, kita gunakan kembali contoh Pedagang Siomay, dengan kondisi sebagai berikut:

  • Dalam satu hari, estimasi produk terjual adalah 80 porsi
  • Harga satu porsi ialah Rp 15.000
  • Rupanya di akhir sesi berdagang, yang terjual adalah 60 porsi

Mari kita implementasikan cara menghitung Omset, dengan rumusan sebagai berikut:

  1. Bila yang dimaksud Estimasi Omzet
    • Jumlah Stock x Harga Jual
      • 80 porsi x Rp 15.000 = estimasi keuntungan sebesar Rp 1.200.000
  2. Bila yang dimaksud Omzet Keseluruhan
    • Total Produk Terjual x Harga Jual
      • 60 porsi x Rp 15.000 = omzet keseluruhan sebesar Rp 900.000
  3. Bila yang dimaksud Persentase Omzet
    • ((Jumlah Stock – Total Produk Terjual) / Jumlah Stock) x 100%
      • ((80-60) / 80) x 100% = persentase omzet sebesar 25%

4. Cara Meningkatkan Omzet

(via: Vecteezy.com)

Pertama, faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya omzet suatu bisnis tentu kualitas produk itu sendiri.

Karena, kualitas lah yang menjamin pembelian repetitif (berulang). Terlebih, bila produkmu memiliki nilai kemanfaatan yang tinggi pula, maka volume penjualan tinggi sudah pasti jaminan.

Kedua, selain kualitas pelayanan ramah, jujur, dan responsif jadi kunci kenyamanan konsumen dalam bertransaksi dalam usaha yang kamu jalankan.

Hal ini bukanlah suatu hal yang sepele, karena sifatnya mendukung dan menguatkan citra produk (brand image) milikmu.

Ketiga, jalankan promosi secara berkala, demi mendongkrak kuantitas (jumlah) pembelian, dan minat beli konsumen.

Namun, kamu perlu perhitungkan, promosi yang kamu berikan bisa disubtitusi keuntungannya dari aspek mana.

Sebagai contoh, bila kamu memberi potongan harga, di produk makanan, pastikan agar di-bundling (produk paket) dengan minuman juga. Agar, keuntungan produk minuman mendukung penurunan nilai keuntungan menu makanan.

Keempat, manfaatkan media sosial sebagai sarana kamu berkomunikasi dengan calon konsumen dan pelanggan dari produkmu.

Apapun jenis produk atau jasa yang kamu tawarkan, penggunaan media sosial yang notabenenya gratis ini, tidak ada salahnya kamu coba. Terlebih, calon pelanggan jadi bisa lebih tahu tentang produk kamu.

Kelima, meski bisnis kamu masih kecil, atau baru kamu rintis, tidak ada salahnya lakukan evaluasi secara berkala.

Ini penting, demi mengidentifikasi, aspek mana yang selama ini tidak berdampak, atau memberi dampak negatif.

Semakin sering kamu melakukan evaluasi, maka kamu akan memiliki panduan dan target untuk melakukan perbaikan, di level apapun. Baik itu pelayanan, promosi, kualitas produk, dan lainnya.


Penutup

Omset adalah goal sekaligus indikator dari pertumbuhan suatu bisnis. Omset yang tinggi menandakan produk dan layanan berhasil diterima oleh konsumen. Sedangkan bila kondisi berkebalikan, diperlukan inovasi dan perbaikan di dua lini tersebut. Selamat mencoba!