Mengatur Keuangan Ala Raditya Dika

Mengatur Keuangan

Apakah gajimu sering kali habis di tengah bulan? Apakah penyebabnya karena jumlahnya yang belum cukup? Ataukah karena kamu kesulitan mengatur keuangan? Simak langkah mengatur keuangan ala Raditya Dika berikut ini!

Raditya Dika memang dikenal sebagai seorang stand-up komedian, penulis dan sutradara. Meledak melalui buku berjudul Kambing Jantan yang meledak pada 2005 silam, tidak menyurutkan langkahnya untuk berkarya.

Bahkan beberapa tahun belakangan, dirinya yang kini telah dikarunia dua orang anak itu seringkali menyisipkan bahasan mengenai hal-hal terkait “kebebasan finansial“. Bahkan, hal itu membawa dirinya ditunjuk sebagai salah satu brand ambasador manajer investasi terkemuka, yakni Bibit.

Lantas, langkah seperti apa yang sebenarnya seorang Raditya Dika lakukan demi mencapai tujuan “kebebasan finansial” itu?

1. Membeli Barang Karena Diri Sendiri

Beli barang karena butuh, karena dengan memiliki itu jadi merasa bahagia, dan bukan karena orang lain

Konteks “karena orang lain” disini, merujuk pada upaya kita untuk memenuhi atau mengikuti standar atau pencapaian dari orang lain, yang kita lihat di media sosial.

Dalam lingkup ilmu Psikologi, istilah ini familiar dikenal sebagai Validation Seeking, atau sebuah hasrat mendapat penghargaan dan penerimaan dari orang lain.

Sehingga, dalam konteks membeli barang, niat kita mungkin bukan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan kita semata, melainkan untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain, baik berupa keinginan untuk dipuji atau niat untuk jadi pusat perhatian.

  • Kamu bisa coba batasi intensitas menjelajah di media sosial
  • Atau bisa ubah tontonan ke topik yang lebih produktif, bukan konsumtif
  • Beli barang yang paling dibutuhkan

2. Waktu Dan Investasi

Semakin lama berinvestasi maka semakin besar hasil akhirnya

Dalam konteks tersebut, merujuk pada semakin dini kamu menyimpan dan mengelola aset ke dalam instrumen investasi tertentu, maka return akan semakin besar pula (pada umumnya).

Sebut saja investasi dalam bentuk emas, tidak selamanya sebuah logam mulia yang kamu beli hari ini, esok hari dapat dijual dengan harga yang lebih menguntungkan.

Maka ada baiknya untuk memulai lebih awal, agar di masa mendatang, ketika investasi tersebut telah memiliki return yang cukup, bisa kita cairkan (likuidasi).

3. Tentang Uang Masuk Dan Keluar

Harus meningkatkan uang masuk, atau menekan uang keluar

Dalam langkah ini ada dua pilihan, meningkatkan uang masuk atau menekan uang keluar. Berhemat ialah jalan yang lebih mudah, karena upaya kita cukup berfokus mengatur keuangan saja, atau bisa kita sebut “mengatur yang sudah kita miliki“.

Sedangkan pilihan untuk meningkatkan uang masuk atau pendapatan, akan dibahas pada langkah selanjutnya di nomor 6.

4. Tidak Berhutang Dan Memberi Hutang

Mana yang bisa dibeli tanpa hutang? Bila tidak mampu, maka harus kerja dan tabung kembali

Perspektif dari Raditya Dika yang satu ini, terkadang sangat sulit untuk direalisasikan, karena berhutang hampir ada di seluruh bentuk layanan perbankan di kehidupan kita.

Sebut saja, cicilan mobil dan rumah, bahkan kini e-commerce menawarkan cicilan untuk banyak kategori barang. Meski begitu, prinsipnya soal berhutang pada sebuah aset yang tumbuh bukan berkurang nilainya, ialah sebuah prinsip yang baik.

  • Mulai buat kategori barang atau item apa yang sekiranya nilainya tumbuh (properti, tanah, logam mulia (mostly), instrumen investasi (deposito, oblikasi, reksadana tertentu)
  • Hindari berhutang (cicilan) untuk barang atau item yang nilainya turun (gadget, kendaraan, produk fashion)
  • Maksimalkan opsi alternatif yang ada, untuk memenuhi kebutuhan akan barang atau item yang nilainya turun. Contoh: padu-padankan pakaian yang ada, dibanding harus beli unit baru

Bukan memberi hutang, tapi beri pekerjaan

Meski maksudnya cukup baik, agar tetap menjaga hubungan karena umumnya memberi hutang berujung rusaknya hubungan karena gagal bayar.

Konteks ini cukup rumit diterapkan pada budaya kita yang cenderung bersifat komunal. Dimana satu individu umumnya terikat dengan individu lain atau kelompok tertentu. Mungkin saja ada pihak keluarga atau teman terdekat yang akan muncul dengan permintaan berhutang ini.

5. Upayakan Membayar Secara Cash (Tunai)

Ada ketidakrelaan untuk membayar sesuatu secara tunai, sehingga ada rasa enggan di kesempatan berikutnya

Meski ini cukup bertentangan dengan trend serba cashless yang belakangan ini sangat gencar digalakkan. Tapi alasannya akan sangat masuk akal untuk kamu terapkan, karena kamu membutuhkan upaya lebih untuk mendapatkan uang tunai.

Mulai dengan harus pergi ke ATM, membawa uang tunai dalam jumlah yang banyak juga terkadang dirasa cukup mengganggu dan meresahkan (keamanan). Terlebih, proses transaksi pun juga mungkin terkendala, karena perlu dihitung secara manual.

6. Fokus Ke Penghasilan

Fokus untuk menambah penghasilan (gaji bukan penghasilan), paling mudahnya dengan mencari sumber penghasilan tambahan sesuai dengan keahlian

Meski ini terdengar sederhana dan mudah diucapkan, tapi mungkin kamu akan kesulitan menerapkannya bila kamu tidak mengetahui apa keahlianmu sebenarnya.

Nah, ini akan bersambung pada pertanyaan yang biasanya muncul pada pikiran kita sendiri, sebenarnya apa sih kelebihanmu? Menurut kami, kelebihan itu ditandai dengan beberapa hal yakni:

  • Suatu hal yang bisa kamu selesaikan atau lakukan dengan baik
  • Suatu hal yang kamu selesaikan dan nikmati prosesnya
  • Setelah selesai menyelesaikannya, kamu akan merasakan kepuasan tertentu

Setidaknya, bila kamu mampu menemukan suatu kegiatan yang ditandai dengan dua dari ketiga hal di atas (bila tiga hal terpenuhi pasti lebih baik), itu bisa jadi potensi untuk jadi sumber penghasilan.

7. Hubungan Antara Investasi Dan Tujuan Finansial

Sesuikan tujuan finansial dengan instrumen investasi yang risk dan rewardnya selaras, makin jauh jarak tujuannya, maka ada baiknya memilih instrumen yang risikonya rendah

Investasi emas, cenderung stabil, minim risiko namun tidak menawarkan gain yang bombatis. Demikian pula deposito maupun obligasi. Bila ini yang kamu pilih, untuk tujuan finansial tertentu yang harus dicapai satu tahun, kemungkinan gagal.

Instrumen investasi banyak jenisnya, masih ada Forex, Saham dan Cryptocurrency, atau bahkan pasar mata uang. Dimana beberapa diantaranya, menawarkan kemungkinan return yang lebih tinggi, untuk waktu yang lebih pendek.

Meski yang kamu harus sadari pula, semakin tinggi return makin tinggi pula risk-nya. Jadi, kamu harus lebih banyak pahami instrumen investasi apa yang tersedia kini, dan kemungkinan seperti apa yang bisa dijangkau dengan return tersebut.

8. Penghasilan Meningkat Bukan Artinya Pengeluaran Meningkat

Penghasilan naik berarti kemungkinan untuk berinvestasi makin tinggi, usahakan pengeluaran ditekan

Banyak yang menyarankan bahwa lifestyle harus disesuaikan dengan pendapatan yang meningkat. Tapi kami memandang, bahwa lifestyle mungkin saja bisa menetap, spending tidak harus meningkat.

Pertanyaan Jebakan:

  • Gajimu Rp 5.000.000, ada saran menabung 20% pendapatan, kamu akan menabung Rp. 1.000.000
  • Gajimu meningkat, jadi Rp 7.000.000, berapa yang harus ditabung?

Banyak yang akan menjawab untuk menabung dengan nominal yang sama, yakni Rp 1.000.000, meski idealnya ialah 20% dari Rp 7.000.000 itu

Keputusan meningkatnya jumlah dana yang ditabung harus dilakukan, tapi tidak dengan meningkatnya keinginan untuk berbelanja atau spending tambahan.

Merek sabun yang kamu gunakan, masih bisa sama meski pendapatanmu meningkat. Tetapi, perasaan untuk mencoba merek baru, mencoba merek yang lebih premium, keinginan untuk stock lebih banyak, dan niat-niat eksploratif itulah yang menyebabkan kamu mungkin jadi memiliki pengeluaran labih.

9. Punya Budget

Punya budget itu penting, lebih penting lagi mengalokasikan minimal 10-20% untuk investasi

Budgeting tidak selalu tentang membuat plan barang atau kebutuhan apa yang harus dibayarkan. Melainkan bisa dimulai dengan mencatat pengeluaran dan pendapatan. Bahkan kini banyak aplikasi-mobile yang bisa kamu manfaatkan, sebut saja beberapa nama aplikasi ini:

Bahkan, bila kamu mau sedikit effort tentu kamu bisa gunakan Ms Excel dan aplikasi lainnya baik di PC, Laptop maupun smartphone milikmu.

Lengkapi pula langkah ini dengan membuat biaya belanja bulanan, yang perlu kamu utamakan tentunya segala kebutuhan dasar (transport, uang makan harian, ongkos operasional kerja, listrik dan lainnya).

10. Membeli Pengalaman Bukan Membeli Barang

Kebahagiaan lebih membekas dibandingkan membeli barang

Meski cara mengatur keuangan ala Raditya Dika yang satu ini terdengar mewah dan filosofis, tapi kami setuju dengan langkah yang satu ini.

Sederhananya, ada interaksi yang berlangsung ketika kamu membeli pengalaman dengan individu lain, sebut saja kamu bisa ikut pelatihan, ikuti open-trip, bahkan sekedar untuk ikut senam jantung sehat bersama di sekitarmu.

Ada benefit berupa pengalaman yang “berbeda” dan interaksi antara kamu dan orang lain, yang bisa kamu ingat dan rasakan secara langsung, dan mungkin impact-nya akan berkepanjangan, jadi tambah sehat, tambah skill atau tambah jejaring.

11. Pikirkan Biaya Per Pakai Sebelum Membeli

Lebih baik beli barang berkualitas dan tahan lama meski mahal, ketimbang suatu barang yang lebih cepat rusak namun mudah dibeli

Satu lagi mind game yang sebenarnya penting, dan sepenuhnya berada di pikiran kita saja. Kualitas adalah suatu yang kita yakini, dan tetapkan dalam diri. Kamu dan kami mungkin punya perspektif yang berbeda tentang hal tersebut.

Mungkin untukmu, suatu barang harus bertahan selama bertahun-tahun, mungkin bagi kami tidak. Hal yang paling relevan untuk kita pikirkan bersama ialah:

  • Seberapa sering kita menggunakan ini?
  • Apakah tanpa barang ini akan ada banyak hal yang tidak bisa kita lakukan atau selesaikan?
  • Dengan membeli ini, barang mana yang tidak lagi kita pakai?

Tapi kami setuju kok di bagian membeli barang yang berkualitas, dibandingkan yang murah. Namun kami lebih suka memikirkan tiga hal tersebut, dibanding memikirkan barang berkualitas versi Raditya Dika, yang dikaitkan dengan barang “mewah”.

12. Upayakan Berbelanja Sendiri

Kita mungkin saja berbelanja lebih banyak dari yang dibutuhkan, karena terpengaruh orang lain di dekat kita

Mungkin ini berkaitan dengan bagaimana kamu menerima opini dari orang lain. Untuk kami, opini atau bahkan saran harus kita dengar, tapi untuk menindaklanjuti dua hal tadi menjadi sebuah respon ataupun sikap tertentu, itu hal yang berbeda.

Tidak semua rekomendasi harus kamu ikuti, seperti 15 langkah yang dijelaskan Raditya Dika dan kami rangkum dalam artikel ini, kamu harus implementasikan yang kamu butuhkan dan sesuai kondisi serta kemampuanmu saja, selebihnya cukup untuk memperkaya pengetahuanmu, dan mungkin tidak perlu kamu tindak lanjuti.

13. Pajak Dan Donasi

Membayar pajak dan memberi donasi membuat diri tenang dan mungkin menimbulkan rasa bahagia

Untuk langkah yang satu ini, Pajak ialah sebuah kewajiban, jadi kami tidak perlu bahas lebih lanjut. Begitu pula dengan donasi, yang pada umumnya di tiap agama manapun sangat amat menyarankan ini, dan jadi bagian dari ibadah, yang tentu membawa ketenangan batin.

14. Perihal Uang Adalah Sebuah Kebiasaan

Perlu komitmen untuk membiasakan diri mengelola uang, bukan spending

Kami sangat amat yakin, bagi kamu yang menonton video dari Raditya Dika itu sampai habis, dan juga membaca artikel ini hingga poin ke 14 ini, komitmen dan rasa ingin tahumu tentang mengatur keuangan sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.

Sebuah studi artikel rangkuman publikasi ilmiah yang dirilis oleh The Huffington Post menarik untuk dikutip. Dimana, di sana dijelaskan bahwa:

Penelitian terdahulu mengatakan bahwa kebiasaan terbentuk ketika kegiatan atau suatu hal dilakukan secara konsisten selama 21 hari, namun sebenarnya kebiasaan memerlukan waktu 2 – 8 bulan untuk terbentuk

Kamu siap melakukan 15 langkah ini semua selama 8 bulan? Kami tunggu ya perubahannya!

15. Memiliki Pasangan Dengan Perilaku Terhadap Uang Yang Sehat

Mengkomunikasikan sikap dan pandangan perihal uang dengan pasangan

Bila dalam video tersebut, frasa yang digunakan ialah Menemukan, namun makna yang disampaikan lebih banyak merujuk pada Mengkomunikasikan.

Sangat amat penting untuk mengkomunikasikan hal-hal terkait finansial dengan pasangan, baik itu suami ataupun isteri, dan bahkan bersama pacar demi tujuan pernikahan di masa depan.

Sudah bukan rahasia lagi, kemampuan finansial dalam rumah tangga jadi hal krusial. Terutama untuk hal-hal primer seperti tempat tinggal, kemampuan mengakses layanan kesehatan dan lainnya.

Diperlukan kesamaan pandangan terkait kemampuan dan sikap terhadap isu finansial, maka hal ini harus selalu transparan dikomunikasikan, untuk menghindari adanya konflik atas ekspektasi yang tidak terpenuhi.

Penutup

Demikianlah sebuah artikel panjang tentang mengatur keuangan yang kami rangkum dari karya Raditya Dika di atas. Tentunya sekali lagi kami ingatkan, cukup implementasikan hal-hal yang sesuai dengan kemampuan dan kondisimu saat ini, biarkan hal lainnya cukup memperkaya wawasanmu saja. Selamat mencoba!